
Subhan akhir-akhir ini merasakan
ketidakpastian dalam hidupnya, karena pertemuannya dengan Budi yang sudah
pensiun lebih dulu tahun lalu. Setelah pensiun, Budi merasakan hidupnya menjadi
kurang baik dan cenderung sulit. Orang-orang yang sudah lama dikenalnya saat
bekerja, cenderung menghindarinya, bahkan istrinya pun menjadi kurang perhatian
dengan kondisi saat ini, berbeda sekali sewaktu dia masih bekerja. Setelah
pertemuan tersebut, Subhan merasa dia mungkin akan mengalaminya juga.
Hal yang dialami oleh Subhan dan
Budi, merupakan cerminan kekhawatiran sebagian orang yang akan memasuki masa
pensiun. Mereka akan berpindah dari seorang karyawan menjadi pensiunan. Dahulu
merasa aktif dan energik berganti menjadi pasif, kewenanganan dan kekuasaan
menjadi kehilangan kekuatan. Tidak semua orang memiliki cara pandang yang sama saat menghadapi masa pensiun.
Sebagian orang memilih pasrah karena itu “rule of the game”, sebagian lagi
memilih tetap bersemangat karena “start for a new life”.
Menyiapkan masa pensiun bukanlah
hal yang mudah. Survei yang dilakukan Life Insurance Marketing Research
Association (Limra) menunjukkan demikian, ada 49% pensiunan yang kemudian
menggantungkan hidup kepada orang lain, 29% meninggal saat pensiun, 12% alami
kebangkrutan, 5% tetap bekerja, 4% mampu mandiri, dan hanya 1% yang kaya saat
pensiun.
Beberapa hal yang perlu anda
persiapkan menjelang masa pensiun. Pertama, Mempersiapkan kondisi fisik dan
mental. Banyak orang tidak siap menghadapi masa pensiun. Mulai dari khawatir
bosan atau stres karena tidak ada kesibukan, hingga kekhawatiran mengenai
jaminan kesejahteraan hari tua. Cobalah untuk selalu berpikiran positif atas
apa yang telah anda capai selama ini. Apabila memungkinkan, diskusikan secara
terbuka dengan pasangan, anak atau sahabat dekat anda. Biasanya, berbagi akan
membuat anda lebih tenang dibandingkan memendam masalah sendirian.
Kedua, Menetapkan tujuan baru
hidup anda. Tujuan hiduplah yang membuat Anda tetap bersemangat. Anda mungkin
memiliki beberapa misi yang berbeda atau tujuan selama mengisi masa pensiun.
Anda dapat bertanya mengenai apa yang ingin dilakukan dalam hidup Anda.
Lihatlah masa pensiun sebagai kesempatan untuk memulai bab baru dalam hidup
Anda. Ini berarti melanjutkan apa yang telah Anda lakukan pada skala yang berbeda,
atau melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda. Bagi orang-orang yang berada
di posisi berotoritas sebelum pensiun, penyesuaian ini mungkin terasa lebih
menantang.
Ketiga, Membangun hubungan baru
dengan orang lain. Ketika anda meninggalkan pekerjaan, anda sering kehilangan
hubungan dengan orang-orang yang pernah menjadi bagian dari rutinitas anda,
sehingga perlu mengembangkan hubungan baru. Mulailah membangun relasi dengan
orang-rang di luar pekerjaan dan terlibat dalam kegiatan yang diinginkan setelah
pensiun. Anda mungkin melakukannya dengan travelling, terlibat dalam kegiatan
sukarela, atau nge-gym. Hubungan anda dengan pasangan atau keluarga juga dapat
berubah, karena anda mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama.
Kadang, terlalu banyak kebersamaan menyebabkan orang untuk lebih cepat bosan
dan/atau tersinggung untuk hal-hal kecil satu sama lain. Jangan tunggu sampai
timbul konflik untuk berbicara tentang harapan dengan pasangan, anak, cucu,
orangtua, dan teman-teman. Mulailah berembuk untuk menegosiasikan beberapa
aturan dasar baru.
Keempat, Memahami usaha yang sesuai saat pensiun. Untuk anda yang ingin memulai usaha sendiri atau berbisnis, pertimbangkan beberapa hal. Jika memungkinkan, sesuaikan bidang usaha dengan minat anda, misalnya mengembangkan hobi yang dulu sempat tertunda karena rutinitas kerja. Menjalankan usaha semacam ini akan berkontribusi positif pada kondisi fisik dan mental anda. Apabila bisnis tersebut memerlukan modal awal, pastikan bahwa jumlahnya tidak terlalu besar. Jangan sampai masa pensiun yang seharusnya menyenangkan menjadi terganggu, jika ternyata bisnis tidak berjalan lancar. Hal yang perlu diingat adalah berbisnis adalah sebuah pilihan, bukan keharusan.